Menuju Indahnya Masa Depan Dengan Teknologi Hijau Daihatsu

Menuju Indahnya Masa Depan Dengan Teknologi Hijau Daihatsu - Bumi adalah tempat semua makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupan. Bumi yang semakin lama semakin berumur, dan perlahan akan mengalami kerusakan. Sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran oleh Tuhan Yang Maha Esa, kita harus berupaya melestarikan bumi, agar kerusakan bumi bisa diperbaiki paling tidak merawat bumi terus-menerus agar tetap lestari. Jika tidak dirawat dengan baik, akan menimbulkan berbagai masalah besar yang dapat mengancam kehidupan kita dimasa depan. Oleh karena itu, kita harus melestarikan bumi untuk kehidupan kita dan anak cucu kita dimasa depan dan juga seluruh makhluk hidup yang ada di bumi.

Di era yang modern ini yang segala sesuatunya menggunakan teknologi canggih yang mutakhir, bukan hal yang mudah untuk mencoba melestarikan alam agar tetap stabil, tidak merusak lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu hal yang sangat mempengaruhi stabilitas bumi di era modern ini adalah alat transportasi. Alat transportasi di bumi sekarang ini banyak didominasi oleh kendaraan bermotor, yang sebagian besar mesinnya dapat bekerja kalau menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Jika pembakaran bahan bakar minyak pada mesin tidak sempurna, maka dipastikan emisi gas yang keluar tidak sempurna juga, sehingga dapat merusak lapisan ozon secara perlahan bahkan secara cepat jika sejak dini tidak segera menemukan cara baru untuk mengatasi hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan kendaraan dengan mesin berteknologi ramah lingkungan yang mutakhir untuk mengurangi penyebab pemanasan global sekarang ini.

Kini Daihatsu, perusahaan mobil tertua di Jepang, yang sudah 105 tahun berkecimpung didunia otomotif khususnya mobil, mempunyai tiga tahapan dalam membangun teknologi hijau. Tiga tahapan tersebut digambarkan dengan skema berikut ini.
 

Pada tahap pertama, yang disebut "Eco-Idle" adalah Sistem teknologi yang mampu mengatur hidup dan mati mesin secara otomatis dalam keadaan macet untuk mencapai efisiensi konsumsi bahan bakar. Dengan sistem i-EGR ini, mesin mampu menghasilkan pembakaran sempurna dan mengeluarkan gas CO2. Teknologi ini terpasang pada Daihatsu Mira e:S dengan konsumsi BBM bisa tembus 1 liter untuk 30 kilometer. Sungguh mengagumkan.

Untuk tahap yang kedua, Daihatsu menggunakan mesin 2 silinder turbocharged. Mereka mengklaim, bobot jantung pacu lebih ringan lantaran pemakaian komponen lebih sedikit. Dengan menggunakan lebih sedikit komponen otomatis proses kinerja mesin menjadi lebih sempurna. Ditunjang dengan "active ignition system" dan berbagai pengembangan lainnya, efisiensi  bahan bakar bisa mencapai 30%. dengan target perjalanan 35 liter hanya membutuhkan BBM 1 liter.

Tidak cukup sampai disitu,pada tahapan yang ketiga atau yang terakhir, teknologi ini disebut "Precious Free Liquid Feed Fuel Cell (PMfLFC)". Pada tahap ini emisi gas buang CO2 nol. Ini adalah wujud kendaraan yang ramah lingkungan. Material-material kendaraan ini menggunakan sumber daya alam yang lebih sedikit, tidak mengandung logam mulia, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah. Di tahap ini Daihatsu berfokus pada penggunaan bahan bakar cair baru yaitu Hidrazin Hidrat. Merupakan Zat yang memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi dan tidak menghasilkan CO2. Zat ini adalah bahan bakar cair yang tepat untuk mobil ramah lingkungan generasi baru masa depan.

Tahapan-tahapan tersebut merupakan bentuk dari komitmen Daihatsu untuk menciptakan kendaraan yang kompak, ramah lingkungan, dan tentunya dengan harga terjangkau. Dengan teknologi hijau tersebut kita sebagai manusia dapat merasakan dan menikmati kendaraan (mobil) tanpa merusak lingkungan. Teknologi yang memang harus hadir di kehidupan bumi saat ini. Sehingga anak cucu kita nanti tetap bisa merasakan nikmatnya mengendarai mobil yang kelak menjadi jauh lebih baik dan tentunya tidak merusak alam sekitar.

Sudah saatnya kita memilih yang lebih baik, demi kelangsungan hidup manusia di Bumi. "Indahnya hidup masa depan harus ditentukan sekarang". Kalau tidak sekarang, kapan lagi?